MENUJU NEW NORMAL: SEBUAH TATANAN KEHIDUPAN BARU DI TENGAH PANDEMI


 

Tahun 2020 bukanlah masa yang mudah bagi kita semua. Pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap aktivitas sehari-hari kita. Di sisi lain, pemberitaan tentang orang yang terjangkit virus ini semakin melonjak saja. Bahkan, korban meninggal dunia pun tidak sedikit. Setelah hampir 3 bulan kita menerapkan pola hidup sehat dan anjuran pemerintah, yaitu PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), gaya hidup kita telah berubah tiga ratus enam puluh derajat.

Semuanya telah berubah. Sebelum wabah ini menjangkiti dunia ini, kita masih bisa melihat keceriaan anak-anak sekolah di saat jam istirahat di depan halaman sekolah mereka. Kemudian, tempat-tempat ibadah pun masih ramai oleh jemaah yang hadir, mal/tempat perniagaan masih dipadati oleh konsumen maupun individu yang hanya hendak cuci mata, terminal dan bandara masih dikerumuni oleh aktivitas manusia yang hendak bepergian, dan kawula muda masih bisa menongkrong di kafe ditemani secangkir kopi bersama karib-karib dekatnya. Lantas, apakah kita masih bisa merasakan suasana itu kembali?

Presiden Joko Widodo dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, 15 Mei 2019, mengatakan, “Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah korona ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.” Dengan demikian, Pemerintah Indonesia berencana untuk memberlakukan ‘new normal’ atau gaya hidup normal baru.  Agar tidak menimbulkan berbagai persepsi berbeda tentang istilah ini, kita mesti memahami arti dan maksud dari ‘new normal’ ini.
         
        “New normal” adalah gaya hidup baru yang mesti kita jalani sehari-hari sesuai protokol yang dianjurkan oleh pemerintah, seperti menjaga jarak, tidak keseringan menyentuh muka, serta cuci tangan secara rutin. Sebab, sampai saat ini, menurut laporan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), pandemi COVID-19 belum dapat teratasi. Alasan mengapa kebijakan “new normal’ ini diberlakukan adalah, (1) vaksin COVID-19 belum ada (ditemukan), (2) kegiatan bisnis mesti berjalan agar ekonomi tetap stabil, dan (3) virus korona tidak akan hilang.

Maka dari itu, kita memang tidak bisa kembali menjalani kehidupan yang normal seperti dulu sebelum pandemi COVID-19 menyebar. Akan tetapi, kita mesti berusaha untuk menerima keadaan baru ini (new normal) agar tetap bisa menjalani kehidupan dan aktivitas sehari-hari dengan menerapkan protokol kesehatan dari pemerintah. Sehingga, kita dapat mencegah penularan COVID-19.
         
         Sistem “new normal” atau kenormalan baru ini tidak akan bejalan lancar apabila semua kalangan, baik pemerintah pusat maupun daerah, tidak bersinergi dalam mensosialisasikan kebijakan ini. Pemerintah mesti memperhatikan syarat-syarat agar new normal setidaknya bisa menjadi remidi bagi kesejahteraan masyarakat kita. Dr. Hans Henri P. Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa, mempunyai panduan yang mesti diperhatikan sebelum menerapkan kebijakan new normal, sehingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan peralihan keadaan dapat lebih ringan untuk dijalankan oleh kita semua:
  1. Transmisi COVID-19 telah dikendalikan sepenuhnnya;
  2. Kesehatan masyarakat dan kapasitas sistem kesehatan, yaitu rumah sakit, mampu mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengarantina;
  3. Mengurangi risiko wabah korona dengan pengaturan ketat terhadap tempat yang memiliki kerentanan tinggi, terutama di rumah orang lanjut usia, fasilitas kesehatan mental, dan permukiman padat penduduk;
  4. Pencegahan penularan wabah di tempat kerja diterapkan, seperti menjaga jarak fisik, menyediakan fasilitas cuci tangan, serta etiket penerapan pernapasan’
  5. Risiko penyebaran imported case (kasus diperoleh di luar lokasi pelaporan, misalnya sumber virus dari luar negeri, didapat saat pasien tersebut pergi jalan-jalan), dapat dikendalikan; dan
  6. Masyarakat ikut berperan aktif dan terlibat dalam transisi.
Semoga pemerintah dan para pemangku kepentingan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada semua kalangan masyarakat dengan diterapkannya sistem new normal ini. Rantai kerja sama antar pemerintah pusah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus semakin erat. Jangan sampai ini terputus dan menimbulkan kabar hoaks di tengah masyarakat, apalagi di media sosial.

Tidak dimungkiri, perubahan gaya hidup menuju new normal ini secara langung memang memberikan dampak besar bagi kehidupan kita.  Meskipun zaman sudah modern dan teknologi semakin mendukung lehidupan kita agar berjalan lebih mudah, penyesuaian diri dan adaptasi lingkungan masih kita proses di dalam otak kita. Sehingga, kita bisa menerima secara lapang dada sistem kehidupan baru ini. 
               

0 Response to "MENUJU NEW NORMAL: SEBUAH TATANAN KEHIDUPAN BARU DI TENGAH PANDEMI "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel