MENUJU NEW NORMAL: SEBUAH TATANAN KEHIDUPAN BARU DI TENGAH PANDEMI
May 28, 2020
Add Comment
Tahun 2020 bukanlah masa yang mudah
bagi kita semua. Pandemi COVID-19 telah berdampak besar terhadap aktivitas
sehari-hari kita. Di sisi lain, pemberitaan tentang orang yang terjangkit virus
ini semakin melonjak saja. Bahkan, korban meninggal dunia pun tidak sedikit. Setelah
hampir 3 bulan kita menerapkan pola hidup sehat dan anjuran pemerintah, yaitu PSBB
(Pembatasan Sosial Berskala Besar), gaya hidup kita telah berubah tiga ratus
enam puluh derajat.
Semuanya telah berubah. Sebelum
wabah ini menjangkiti dunia ini, kita masih bisa melihat keceriaan anak-anak
sekolah di saat jam istirahat di depan halaman sekolah mereka. Kemudian,
tempat-tempat ibadah pun masih ramai oleh jemaah yang hadir, mal/tempat
perniagaan masih dipadati oleh konsumen maupun individu yang hanya hendak cuci
mata, terminal dan bandara masih dikerumuni oleh aktivitas manusia yang hendak
bepergian, dan kawula muda masih bisa menongkrong di kafe ditemani secangkir
kopi bersama karib-karib dekatnya. Lantas, apakah kita masih bisa merasakan
suasana itu kembali?
Presiden
Joko Widodo dalam pernyataan resminya di Istana Merdeka, Jakarta, 15 Mei 2019,
mengatakan, “Kehidupan kita sudah pasti berubah untuk mengatasi risiko wabah
korona ini, itu keniscayaan. Itulah yang oleh banyak orang disebut sebagai new normal atau tatanan kehidupan baru.”
Dengan demikian, Pemerintah Indonesia berencana untuk memberlakukan ‘new normal’ atau gaya hidup normal
baru. Agar tidak menimbulkan berbagai
persepsi berbeda tentang istilah ini, kita mesti memahami arti dan maksud dari
‘new normal’ ini.
“New normal” adalah gaya hidup baru yang
mesti kita jalani sehari-hari sesuai protokol yang dianjurkan oleh pemerintah,
seperti menjaga jarak, tidak keseringan menyentuh muka, serta cuci tangan
secara rutin. Sebab, sampai saat ini, menurut laporan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana), pandemi COVID-19 belum dapat teratasi. Alasan mengapa kebijakan “new normal’ ini diberlakukan adalah,
(1) vaksin COVID-19 belum ada (ditemukan), (2) kegiatan bisnis mesti berjalan
agar ekonomi tetap stabil, dan (3) virus korona tidak akan hilang.
Maka dari itu, kita memang tidak
bisa kembali menjalani kehidupan yang normal seperti dulu sebelum pandemi COVID-19
menyebar. Akan tetapi, kita mesti berusaha untuk menerima keadaan baru ini (new normal) agar tetap bisa menjalani
kehidupan dan aktivitas sehari-hari dengan menerapkan protokol kesehatan dari
pemerintah. Sehingga, kita dapat mencegah penularan COVID-19.
Sistem “new normal” atau kenormalan baru ini
tidak akan bejalan lancar apabila semua kalangan, baik pemerintah pusat maupun daerah,
tidak bersinergi dalam mensosialisasikan kebijakan ini. Pemerintah mesti
memperhatikan syarat-syarat agar new
normal setidaknya bisa menjadi remidi bagi kesejahteraan masyarakat kita. Dr.
Hans Henri P. Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa, mempunyai panduan yang
mesti diperhatikan sebelum menerapkan kebijakan new normal, sehingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan peralihan
keadaan dapat lebih ringan untuk dijalankan oleh kita semua:
- Transmisi COVID-19 telah dikendalikan sepenuhnnya;
- Kesehatan masyarakat dan kapasitas sistem kesehatan, yaitu rumah sakit, mampu mengidentifikasi, mengisolasi, menguji, melacak kontak, dan mengarantina;
- Mengurangi risiko wabah korona dengan pengaturan ketat terhadap tempat yang memiliki kerentanan tinggi, terutama di rumah orang lanjut usia, fasilitas kesehatan mental, dan permukiman padat penduduk;
- Pencegahan penularan wabah di tempat kerja diterapkan, seperti menjaga jarak fisik, menyediakan fasilitas cuci tangan, serta etiket penerapan pernapasan’
- Risiko penyebaran imported case (kasus diperoleh di luar lokasi pelaporan, misalnya sumber virus dari luar negeri, didapat saat pasien tersebut pergi jalan-jalan), dapat dikendalikan; dan
- Masyarakat ikut berperan aktif dan terlibat dalam transisi.
Semoga pemerintah dan para pemangku
kepentingan memberikan pelayanan yang memuaskan kepada semua kalangan
masyarakat dengan diterapkannya sistem new
normal ini. Rantai kerja sama antar pemerintah pusah, pemerintah daerah,
dan masyarakat harus semakin erat. Jangan sampai ini terputus dan menimbulkan
kabar hoaks di tengah masyarakat, apalagi di media sosial.
Tidak dimungkiri, perubahan gaya hidup
menuju new normal ini secara langung
memang memberikan dampak besar bagi kehidupan kita. Meskipun zaman sudah modern dan teknologi
semakin mendukung lehidupan kita agar berjalan lebih mudah, penyesuaian diri
dan adaptasi lingkungan masih kita proses di dalam otak kita. Sehingga, kita
bisa menerima secara lapang dada sistem kehidupan baru ini.
0 Response to "MENUJU NEW NORMAL: SEBUAH TATANAN KEHIDUPAN BARU DI TENGAH PANDEMI "
Post a Comment