PESEPEDA (GOWESER) DAN EKSISTENSINYA DI MEDIA SOSIAL
July 03, 2020
Add Comment
Aktivitas
bersepeda baru-baru ini sangat diganderungi oleh khalayak ramai, mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa. Bagi warga perkotaan yang melek teknologi,
apalagi yang aktif bermedia sosial, bersepeda dapat menjadi gaya hidup nan
mewah bak seorang sultan maupun masyarakat borjuis. Sebab, rata-rata pesepeda
yang dapat kamu temui setiap pagi hari di akhir pekan termasuk masyarakat
menengah ke atas yang berpenghasilan cukup untuk memenuhi hasrat ber-gowes. Setidaknya mereka harus mempunyai
sepeda yang nyaman untuk di-gowes.
Tidak hanya itu saja, perlengkapan keamanan seperti helm, sepatu khusus
pesepeda, hingga kaus khusus pesepeda sangatlah penting untuk menunjang
kelengkapan dalam mengayuh pedal di jalanan kota hingga pedesaan.
Selain mesti
menjaga keselamatan diri dalam bersepeda, para pesepeda juga harus taat
peraturan lalu lintas. Meskipun mereka mengendarai sepeda merek B yang harganya
mencapai puluhan juta, peraturan berkendara di jalan adalah nomor satu. Salah
sedikit saja, nyawa dapat menjadi taruhannya. Sebab, sudah banyak
saudara-saudara kita yang meninggal dunia akibat tidak mengindahkan peraturan
bersepeda. Sebagai contoh, mereka sering berbaris ketika bersepeda, sehingga
memakan jalan bagi pengendara sepeda motor maupun mobil yang melintas.
Seharusnya perilaku seperti ini harus dihindarkan. Umumnya kegiatan bersepeda
mulai menjadi kebutuhan penting di akhir pekan. Selepas mengayuh sepeda, para
pesepeda biasanya menghabiskan waktu istirahat di tempat tujuan atau bersantai
di tempat makan, entah restoran atau kedai.
Mengabadikan
momen bersepeda bersama teman maupun komunitas adalah salah satu hal esensial
bagi para pesepeda akhir-akhir ini. Entah mengapa, tujuan utama bersepeda sudah
bergeser dari yang awalnya mencari kegiatan olahraga menjadi unjuk eksistensi
diri lewat media sosial. Memang, perkembangan gaya hidup ini bukalah hal yang
penting untuk diperhatikan. Akan tetapi, banyak kawan pesepeda yang lupa akan
keselamatan bersepeda, sehingga mereka hanya mementingkan momen foto-foto
bersama sepeda mereka dengan latar belakang alam nan eksotis atau objek wisata
yang lagi hits. Kebutuhan akan gaya hidup, seperti bersepeda ini harus
mempunyai keseimbangan. Layaknya bersepeda, apabila tidak bisa menyeimbangkan
diri, maka kita akan jatuh. Tubuh dan pikiran mesti disinkronisasikan sebelum
memulai aktivitas fisik sepeti bersepeda.
0 Response to "PESEPEDA (GOWESER) DAN EKSISTENSINYA DI MEDIA SOSIAL"
Post a Comment