MENDEFINISIKAN MAKNA MERDEKA DI TENGAH PANDEMI, BEGINI CARANYA
Merdeka ataoe mati (Sumber: kitlv.nl) |
Tahun ini perayaan hari kemerdekaan RI ke-75 memang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kemeriahan lomba 17-an tak lagi banyak terdengar dari sudut-sudut daerah di Indonesia. Hal itu disebabkan karena pandemi korona belum mengenal kata “selesai”. Namun, semangat setiap insan Tanah Air Indonesia untuk merayakan kemerdekaan RI tak akan pernah padam. Sebab, kemerdekaan Indonesia yang telah diakui oleh seluruh bangsa di dunia harus kita rayakan dan pertahankan dengan suka cita, meskipun lagi di tengah masa pandemi korona.
Semboyan Bung Karno, dalam salah satu pidatonya, yakni “jangan
sekali-kali melupakan sejarah” atau sering disingkat Jasmerah seharusnya bisa
selalu tertanam di sanubari seluruh rakyat Indonesia, khususnya para pemuda. Jerih
payah hingga tumpah darah para pahlawan Nusantara merupakan bukti bahwa Bangsa
Indonesia tercipta melalui proses yang sangat panjang, hampir 350 tahun. Karena
itu, perayaan hari kemerdekaan RI ke-75 ini harus menjadi momentum penting bagi
kita para pemuda—agen perubahan—untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan
kecintaaan terhadap negara Republik Indonesia. Lantas, bagaimana agar kita bisa
terus mengenang jasa para pahlawan yang telah merebut kemerdekaan dari tangan
penjajah? Dan bagaimana kemerdekaan ini bisa tetap kita rawat sampai anak cucu
kita nanti?
Simbol-simbol kemerdekaan seperti umbul-umbul dan bendera
merah putih yang berdiri tegak di pinggir jalan dan depan rumah tak cukup
sebagai bentuk perayaan hari kemerdekaan RI ke-75. Oleh karena itu, di usia
bangsa yang sudah tiga seperempat abad ini, kita wajib meneruskan perjuangan
para pahlawan dengan memulainya dari diri sendiri. Sebagai contoh, tahun ini
bangsa Indonesia memang lagi menghadapi pandemi covid-19, kita tidak hanya
harus menaati aturan pemerintah dengan tidak mengadakan acara yang mengundang
kerumunan seperti perlombaan 17 agustusan dan acara tirakatan kemerdekaan.
Walaupun kegiatan yang bersifat seremonial ditiadakan, kita
bisa menggantinya dengan kegiatan lain yang sederhana dan positif. Misalnya, kurangilah
aktivitas menggunakan telepon pintar. Sebab, semenjak masa PSBB transisi
diperpanjang oleh pemerintah, kita pun dituntut untuk bekerja dan belajar dari
rumah. Tak ayal, daya fokus kita mungkin sering teralihkan oleh telepon pintar
kita. Sehingga waktu kita hanya terbuang untuk berselancar di dunia maya dan
bermain gim.
Malahan, saking asyiknya bermedia sosial, kita pun kerap
teperdaya oleh promosi produk ataupun jasa yang di-posting di media sosial Instagram. Para pelaku usaha memang kerap
memanfaatkan momen perayaan kemerdekaan Indonesia untuk menawarkan diskon yang
lumayan menggiurkan kepada calon konsumennya. Maka dari itu, kurangilah
perilaku konsumtif di bulan Indonesia merdeka ke-75 tahun. Saatnya bagi kita
untuk mendoakan para pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia dalam suasana yang khidmat, daripada merayakannya dengan melakukan
aktivitas yang bersifat hedonisme.
Sebenarnya tak apalah kita memanfaatkan momen kemerdekaan RI
ke-75 untuk mendapatkan diskon produk atau pun jasa yang kita butuhkan. Asalkan
kita harus tahu antara barang yang dibutuhkan dan barang yang diinginkan.
Sepertinya memang sulit membendung kekhawatiran kita untuk tak terlibat diskon
besar-besaran di nuansa kemerdekaan ini.
Mentang-mentang Indonesia berusia 75 tahun, beragam diskon
kemerkedaan bermunculan satu per satu, mulai dari fesyen hingga produk makanan.
Bahkan ada promosi kemerdekaan yang menawarkan diskon hingga 75%. Pastinya hal
inilah yang kerap ditunggu-tunggu oleh mayoritas anak muda di hari peringatan
kemerdekaan. Lantas, apakah para pelaku bisnis masih berani menawarkan promosi
kemerdekaan saat Indonesia berusia 100 tahun kelak?
Setiap tahun pada 17 Agustus kita seyogianya tidak hanya
merayakan kemerdekaan dalam bentuk pesta yang bersifat konsumtif, duniawi, dan
sesaat. Tapi kita wajib memberikan arti kemerdekaan Indonesia dengan membentuk
sejarah diri kita sendiri dan memberi manfaat bagi lingkungan sekitat kita.
Hari ini saatnya bagi kita untuk mengangkat dagu, memandang jauh ke depan, dan
menyingsingkan lengan baju kita. Lupakan hidup untuk hari ini, namun hiduplah
untuk masa depan. Ya, begitulah tema peringatan HUT RI ke-75 yang disiapkan
oleh pemerintah tahun ini, yaitu “Indonesia Maju”. Kita pun berharap negeri
kepulauan ini semakin maju dalam sektor teknologi dan SDM, tak kalah oleh negeri-negeri
maju seperti Jepang dan Amerika Serikat.
Tahun ini, bahtera bangsa yang berteknologi canggih ini
sedang menhadapi kencangnya badai korona virus. Kita sebagai bagian dari kru
yang berjumlah lebih dari 2 ratus setengah juta jiwa ini mesti mengindahkan
setiap komando dari kapten kapal. Sehingga kita semua tak akan tenggelam di
lautan pandemi. Dan, bahtera merah putih yang telah dibangun dengan keringat
dan darah para pahlawan tetap bisa berlayar ke depan menuju luasnya cakrawala
masa depan.
Meskipun keadaan saat ini lagi suram-suramnya, sadarilah
untuk tetap tenang dan bahagia. Semuanya mungkin tak akan berjalan seperti yang
kita inginkan dan rencanakan. Namun, Nilai kemerdekaan ini dapat kita raih
dengan terus berani dalam menghadapi kecemasan, masalah, dan rasa sakit. Mualilah
merawat negeri tempat tinggal kita melalui sikap teguh dan optimis. Sebab, di
gelapnya terowongan yang kita lalui, pasti ada setitik cahaya di ujungnya.
Dirgahayu Republik Indonesia!
0 Response to "MENDEFINISIKAN MAKNA MERDEKA DI TENGAH PANDEMI, BEGINI CARANYA"
Post a Comment