5 HAL YANG KERAP DIHADAPI PENGLAJU SEPEDA MOTOR DI JALANAN
Hiruk Pikuk Jalanan (pixabay.com) |
Hampir 8 tahun terakhir ini saya telah menjadi penglaju bersepeda motor untuk mencari sesuap nasi. Menurut saya, seseorang bisa disebut sebagai penglaju jika jarak antara tempat tinggalnya dan tempat yang dituju minimal 15 km. Seperti yang kita tahu, kaum pekerja maupun pelajar di kota-kota besar, banyak yang berasal dari daerah suburban. Demi mencapai destinasi, mereka pun memilih jadi penglaju daripada tinggal di dekat tempat kerja atau sekolah.
Pun seperti yang telah saya lakukan dalam kurun waktu 1 windu terakhir ini. Menempuh perjalanan lebih dari lima belas kilometer (15 km) adalah sarapan sehari-hari saya, selain sepiring nasi dan tempe orek. Jalanan pada jam sibuk pada pagi hari antara pukul 06.00-08.00 bak sebuah lintasan Moto GP.
Saling salip-menyalip menjadi tontonan seru tersendiri bagi penglaju sepeda motor, selain pemadangan kanan-kiri sepanjang jalan. Namun, fokus berkendara tetap menjadi prioritas nomor wahid agar selamat sampai tujuan. Mengingat, bahaya saat berkendara di jalan raya beragam bentuknya, mulai dari truk ayam, pengendara yang buta lampu sein, kendaraan besar bertitik buta, aspal bolong, hingga bus antarkota dan antarprovinsi.
Berkendara di jalan raya memang membutuhkan fokus dan konsentrasi tingkat tinggi, khususnya bagi para penglaju. Apabila kamu meleng sedikit saja, obat merah hingga pintu IGD siap menyambutmu. Menurut data kepolisian Republik Indonesia yang dilansinr di kominfo.go.id, rata-rata 3 orang meninggal setiap jam, akibat kecelakaan jalan. Jumlah kecelakaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: 61% kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia, yaitu yang terkait dengan kemampuan serta karakter pengemudi, 9% disebabkan karena faktor kendaraan (terkait dengan pemenuhan persyaratan teknik laik jalan), dan 30% disebabkan oleh faktor prasarana dan lingkungan.
Akan tetapi, masih saja saya temui penglaju sepeda motor yang mengeber motornya dengan kecepatan ngak umum (melebihi cheetah berlari mengejar mangsanya). Ini mereka lakukan dengan dalih kesiangan atau tergesa-gesa agar ngak telat masuk. Ingatlah, meskipun kamu punya motor ber-cc besar, pas sampai di lampu APILL (alat pemberi isyarat lalu lintas), mematuhinya adalah sebuah keniscayaan.
Jalanan berapal ibarat sebilah pisau yang menawarkan kenyamanan berkendara sekaligus bahaya. Berikut ini telah saya rangkum 5 rintangan yang mesti dihadapi oleh penglaju sepeda motor:
1. Kemacetan mengular
Sadar atau tidak, volume sepeda motor di jalanan tidak sebanding dengan jumlah jalan yang ada. Alhasil, kemacetan tidak lagi bisa diatasi, khususnya pada pagi dan sore hari. Meskipun pihak berwenang telah menyediakan angkutan umum, layanan ini tak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh penduduk di daerah suburban. Kemacetan tidak hanya terjadi di persimpangan jalan, tetapi juga di titik di mana ada perbaikan jalan, acara kawinan, atau kemalangan.
Menyiasati kemacetan memang gampang-gampang susah. Kamu dapat menghafal jalan alternatif yang dapat mengantarkanmu ke tujuan dengan cepat dan bebas macet. Berpikirlah seperti seekor tikus yang sedang mencari sepotong keju. Viola, kamu bisa memanfaatkan jalan tikus untuk menghindari kemacetan. Ya, berkendara ini memang menuntut kita untuk bisa membaca arah, menjaga keseimbangan, dan menghafal jalan alternatif.
2. Relawan pengatur lalin alias Pak Ogah
Melestarikan budaya menerobos lampu lalu lintas sama bebalnya seperti belok tanpa lampu sein. Berkat jasa Pak Ogah, kita sebagai penglaju dapat menyebrang jalan dengan aman dan nyaman. Persimpangan jalan tanpa lampu APILL biasanya menawarkan relawan lalin atau Pak Ogah untuk menolong kita menyebrang atau berbelok. Kamu pun bisa menyumbangkan uang cepek kepada Pak Ogah, tentu kamu mesti ikhlas. Kalau ngasihnya tak ikhlas, mending tak kamu tak perlu mengupahinya.
Tugas mengatur lalu lintas sering diambil alih oleh Pak Ogah atau polisi cepek. Mereka pun melengkapi diri mereka dengan aparatur seperti layaknya polisi lalu lintas sejati, seperti, peluit, rompi hijau, tongkat lalu lintas, dan lain-lain. Maka, pengalju sepeda motor pun mesti mengerti setiap aba-aba yang diisyaratakan oleh mereka. Nah, maraknya polisi cepek ini menimbulkan satu pertanyaan besar. Di mana polisi lalin yang semestinya bertanggung jawab mengamankan dan mengatur lalu lintas?
3. Cuaca yang tidak menentu
Pas musim kemarau, matahari pagi begitu menyilaukan. Para penglaju yang menuju ke arah timur, pasti akan merasakan pancaran sinar petromaks sinar matahari pagi nan menyilaukan mata. Sedangkan, pada sore harinya ‘pas jam pulang kantor’ matahari di ufuk barat menawarkan kilauan yang dapat menggangu pandanganmu, ketika kamu fokus mengendarai sepeda motor. Namun, apabila helmmu dilengkapi kaca visor. Sinar matahari semacam itu tak akan jadi halangan berat.
Di sisi lain, saat musim hujan tiba, jalanan pun dapat menjelma menjadi sungai, karena buruknya drainase. Sebagai penglaju sepeda motor, mantel hujan (lengkap dengan celananya) serta mantel sepatu wajib kamu siapkan di bawah jok motormu. Mengingat curah hujan di Indonesia cukup tinggi lebih baik kamu bawa jas hujan setiap saat kamu berkendara. Apa kamu masih mau basah-basahan sambil bertelanjang kaki di tengah ramainya jalan? Itu adalah katastrofe bagi penglaju sepeda motor. Merencah jalanan basah tanpa mantel hujan memperburuk kesehatanmu, apalagi di tengah pandemi seperti ini.
4. Kerusakan sepeda motor
Perawatan sepeda motor itu sama pentingnya seperti perawatan kulit. Bedanya hanya alat dan bahan untuk melakukan perawatan. Kuda besimu itu tidak hanya butuh bahan bakar Pertamina, tetapi ia juga butuh perhatian dan perawatan, khususnya bagian suku cadang. Setidaknya, kamu perlu mengajaknya untuk melakukan perawatan rutin di bengkel resmi ataupun bengkel UMKM sesuai jadwal servisnya. Sehingga, penglajuanmu dapat berjalan mulus, semulus pipi Levi Ackerman.
Akan tetapi, musibah di jalanan bisa datang kapan saja. Ini adalah sebuah keniscayaan. Kempes ban, bocor alus, putus rantai, hingga pecah ban dapat menyerang sepeda motormu kapan saja. Untuk mengatasi kemalangan ini, kamu bisa memanfaatkan layanan tambal ban panggilan, seperti yang telah disediakan oleh perusahaan ojek daring. Selain itu, menandai setiap titik di mana tempat tambal ban atau bengkel berada juga bisa jadi cara alternatif. Sehingga, kepanikan tidak menyerang jiwa penglaju kita.
5. Atraksi di lampu lalu lintas
Atraksi di lampu lalu lintas tidak hanya berwujud hiburan semata, tetapi atraksi ini adalah segala hal yang menarik perhatian kita. Memang, semenjak pandemi virus korona melanda negeri ini, kita kerap mendapati berbagai bentuk atraksi di setiap perempatan maupun pertigaan jalan raya. Sosok badut kostum, manusia perak, grup musik angklung, hingga pengamen jamak meramaikan lalu lintas di bawah lampu merah.
Bahkan, baliho iklan di pinggir jalan dan kata-kata bijak di bak truk terkadang menggoda kita untuk mengamati sekaligus membacanya. Akibatnya, fokus kita sebagai pengendara sepeda motor dapat terpecah, apabila pikiran kita tebersit suatu hal setelah membaca kutipan-kutipan bijak tadi. Ketika kita berada di lampu merah, kita pasti tergoda untuk melakukan sesuatu, ketimbang diam termenung menunggu lampu hijau. Memfokuskan pandangan pada hitungan mundur lampu APILL atau menghafalkan seri plat kendaraan lain sepertinya mengasyikkan.
Lantas, apakah seorang penglaju menua di jalan? Merencah bahaya di jalanan tampaknya lebih sulit daripada menaiki kedaraan umum. Memang sih, pembangunan jalan raya tol maupun non-tol lebih kentara daripada inovasi kendaraan umum yang ramah lingkungan. Alhasil, para penglaju kendaraan bermotor mesti bertahan melewati panas dan kerasnya aspal.
Oleh: Arif Ishartadi
0 Response to "5 HAL YANG KERAP DIHADAPI PENGLAJU SEPEDA MOTOR DI JALANAN"
Post a Comment