WASIAT NABI MUHAMMAD SAW KEPADA SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB
Mukadimah
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw, beserta keluarga dan sahabat beliau.
(Selanjutnya), inilah kitab yang berisi wasiat Nabi Muhammad Saw kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallahu wajhah. Sayyidina Ali berkata: Rasulullah Saw memanggilku, lalu aku berbicara empat mata bersama beliau di kediaman beliau. Beliau Saw berkata kepadaku, “Wahai Ali, kedudukanmu di sisiku sama seperti kedudukan Nabi Harun di sisi Nabi Musa. Hanya saja, (bedanya), tidak ada nabi lagi setelahku.
“Sungguh, hari ini aku akan berwasiat kepadamu dengan suatu wasiat yang jika engkau menjaganya (mengamalkannya), maka engkau akan hidup terpuji, mati syahid, dan Allah Swt membangkitkanmu pada hari kiamat dalam keadaan faqih dan alim.
“Wahai Ali, siapa memakan makanan yang halal, maka jernihlah agamanya, lembut hatinya, dan dikabulkan doa-doanya. Wahai Ali, siapa memakan makanan yang syubhat (tidak jelas halal-haramnya), maka menjadi tidak jelas pula agamanya dan gelaplah hatinya. Siapa memakan makanan yang haram, maka matilah hatinya, (menganggap) sepele agamanya, rapuh keyakinannya, ditolak Allah Swt doa-doa yang dipanjatkannya, dan sedikit ibadahnya.
“Wahai Ali, jika Allah Swt murka kepada seseorang, maka Allah Swt akan memberinya rezeki harta yang haram. Dan bila Allah Swt telah sangat murka kepadanya, maka Allah Swt akan menyerahkan orang tersebut kepada setan supaya menambahkan hartanya yang haram, menemaninya, menjadikannya sibuk (luar biasa) dengan perkara dunia mengalahkan perkara akhirat, dan memudahkannya dalam segala urusan keduniawiannya sembari (setan) membujukny (orang tersebut dengan bisikan kebenaran), ‘Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’
“Wahai Ali, tidaklah seseorang pergi dengan berjalan kaki untuk mencari sesuatu yang haram, kecuali setan menemaninya. Dan tidaklah ia pergi dengan berkendara untuk mencari sesuatu harta haram, kecuali setan memboncenginya. Tidaklah seseorang mengumpulkan harta haram, kecuali setan ikut serta memakannya. Tidaklah seseorang lupa menyebut nama Allah Swt ketika hendak melakukan hubungan suami-istri, kecuali setan bersekutu dengannya dalam (memperoleh) anaknya. Hal ini sesuai firman Allah Swt, ‘...dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak, dan beri janjilah mereka....” (QS. al-Isra’ 64).
“Wahai Ali, Allah Swt tidak menerima shalat yang tanpa wudhu dan tidak pula menerima sedekah dari harta haram. Wahai Ali, agama seorang mukmin senantiasa bertambah kualitasnya selama ia tidak memakan harta haram. Siapa menjauhi ulama niscaya mati dan buta hatinya dari taat kepada Allah Swt. Wahai Ali, siapa membaca al-Qur’an, namun ia tidak menghalalkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh al-Qur’an dan tidak mengharamkan sesuatu yang telah diharamkan oleh al-Qur’an, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang melemparkan kitab Allah Swt ke balik punggung mereka.
Wudhu dan Shalat
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, sempurnakanlah wudhu dengan sebaik-baiknya, karena sesungguhnya wudhu adalah separuh dari iman. Jika engkau berwudhu, jangan berlebihan dalam menggunakan air. Bila engkau selesai berwudhu, bacalah surat al-Qadr (inna anzalnahu fi lailatil qadr) sebanyak 10 kali setelah membasuh kedua kaki, niscaya Allah menghilangkan kesusahanmu.
“Wahai Ali, jika engkau selesai berwudhu maka ambillah air dan usapkan ke lehermu dengan kedua tanganmu, lalu berdoalah, ‘Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta wahdaka la syariika lak, astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau, ya Allah Swt, dengan segala puji bagiMu. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Engkau yang Maha Esa, tiada sekutu bagiMu. Aku memohon ampun kepadaMu dan bertaubat kepadaMu).’ Setelah itu, tundukkan pandanganmu ke bumi dan ucapkanlah, ‘Asyhadu anna Muhammadan ‘abduka wa rasuluka (Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad Saw adalah hamba dan utusanMu).’ Sebab, siapa membaca doa tersebut (setelah berwudhu), niscaya Allah Swt mengampuni seluruh dosa kecil dan dosa besarnya.
“Wahai Ali, sesungguhnya para malaikat memintakan ampun bagi seseorang yang senantiasa berada dalam keadaan mempunyai wudhu dan suci dari hadas (kecil maupun besar).
“Wahai Ali, siapa mandi pada hari Jum’at, Allah Swt akan mengampuni dosanya (yang terjadi) di antara hari Jum’at tersebut hingga hari Jum’at berikutnya. Selain itu, Allah Swt juga menjadikan mandi Jum’at tersebut pahala di kuburnya, dan (pahala tersebut) memberatkan timbangan amal baiknya. Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa bersiwak, sebab siwak itu mengandung 24 keutamaan dalam agama maupun badan.
“Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa shalat tepat waktu, sebab shalat merupakan sumber tiap-tiap keutamaan dan puncak segala ibadah.
“Wahai Ali, Jibril pernah berharap untuk menjadi golongan anak cucu Adam karena (ingin menetapi) tujuh hal. Yaitu, shalat lima waktu dengan berjamaah, berkumpul dengan para ulama, menengok orang sakit, mengantar jenazah, memberi air minum (kepada orang yang haus), mendamaikan dua orang yang sedang bersengketa, serta memuliakan tamu dan anak yatim. Oleh karenanya, engkau harus sangat menginginkan (menetapi) perkara-perkara tersebut.
“Wahai Ali, shalatlah pada malam hari, walaupun lamanya seperti waktu memerah susu kambing. Sebab, orang yang shalat malam adalah orang yang paling bagus wajahnya.
“Wahai Ali, jika engkau mengucapkan takbiratul ihram untuk melaksanakan shalat, maka renggangkan jari-jari tanganmu dan angkat kedua tanganmu sejajar dengan kedua pundakmu. Dan sesudah engkau bertakbir, letakkan tangan kananmu di atas tangan kirimu di bawah pusarmu. Bila engkau ruku’, letakkan kedua tanganmu di atas lututmu dan renggangkan jari-jemarimu.
“Wahai Ali, shalatlah Subuh dengan berpagi-pagi sekali (segera), dan shalatlah Maghrib setelah matahari terbenam mencapai sekira lamanya waktu memerah susu kambing. Sebab, yang demikian itu merupakan perbuatan yang biasa dilakukan oleh para nabi.
“Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa melaksanakan shalat berjamaah. Sebab, di sisi Allah, shalat berjamaah itu pahalanya bagaikan engkau berangkat haji dan umrah. Tidaklah seseorang sungguh-sungguh mncintai shalat berjamaah kecuali ia seorang mukmin yang teramat sangat dicintai oleh Allah Swt. Dan tidaklah seseorang meninggalkan (menghindari) shalat berjamaah kecuali ia adalah orang munafik yang teramat sangat dibenci Allah Swt.
“Wahai Ali, di antara para hamba yang paling dicintai oleh Allah Swt adalah seorang hamba yang (senang) bersujud sembari membaca, ‘Rabbi inni zhalamtu nafsi faghfirli dzanbii fa-innahu la yaghfirudz-dzunuba illa anta (Ya Tuhan, sungguh aku telah berbuat zhalim kepada diriku sendiri, semoga Engkau mengampuni dosaku. Sebab, sungguh tiada apa dan siapa pun yang bisa mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau).’
“Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa melaksanakan shalat Dhuha, baik ketika engkau bepergian maupun sedang berada di rumah. Sungguh, bila kiamat tiba, akan ada suara yang memanggil dari atas keagungan surga, ‘Di manakah orang-orang yang dulu melaksanakan shalat Dhuha? Ayo, masuklah kalian melalui Pintu Dhuha dengan aman dan sentosa.’ Dan tidaklah Allah Swt mengutus seorang nabi pun kecuali Dia Swt memerintahkan kepadanya untuk melaksanakan shalat Dhuha.
Wahai Ali, di antara kemuliaan seorang mukmin ialah memiliki istri yang taat, sudi melaksanakan shalat berjamaah, dan mempunyai tetangga-tetangga yang mencintainya.”
Puasa
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Siapa melaksanakan puasa Ramadhan serta menjauhi perkara yang diharamkan di dalamnya dan tidak berbohong, maka Allah Swt yang Maha Rahman akan meridhai orang tersebut dan memastikannya masuk surga.
“Wahai Ali, siapa yang setelah berpuasa Ramadhan melanjutkan dengan berpuasa enam hari pada bulan Syawal, maka Allah Swt akan mencatat untuknya (sama dengan) berpuasa setahun penuh.”
Sedekah
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya para waliyullah memperoleh luasnya rahmat dan ridha Allah Swt bukan karena banyaknya ibadah, melainkan brkat kedermawanan hati dan menghinakan dunia.
“Wahai Ali, orang yang dermawan itu dekat dengan Allah Swt, dekat dengan rahmatNya, dan jauh dari azabNya. Sebaliknya, orang yang pelit itu jauh dari Allah Swt, jauh dari rahmatNya, dan dekat dengan azabNya.
“Wahai Ali, aku melihat tulisan di atas pintu surga: “Kamu (surga) diharamkan bagi setiap orang yang pelit, orang yang menyakiti hati kedua orang tua, dan tukang adu-domba.
“Wahai Ali, ketika Allah Swt menciptakan surga, surga tersebut bertanya, ‘Ya Tuhanku, untuk (si)apa Engkau menciptakanku?’ Allah Swt menjawab, ‘Engkau diperuntukkan bagi setiap orang yang dermawan dan bertakwa.’ Surga berkata lagi, ‘Aku rela (diciptakan untuk mereka).’ Neraka juga bertanya, ‘Ya Tuhanku, untuk (si)apa Engkau menciptakanku?’ Allah menjawab, ‘Engkau diperuntukkan bagi setiap orang yang pelit dan orang yang sombong.’ Neraka berkata, ‘Aku memang pantas (diciptakan) untuk keduanya.’
“Wahai Ali, siapa tidak menuruti hawa nafsunya, surgalah tempat kediamannya. Siapa tunduk kepada hawa nafsunya, nerakalah tempat kembalinya.
“Wahai Ali, berhati-hatilah terhadap (tajamnya) doa orang yang dermawan. Sebab, jika lisannya sampai tergelincir maka Allah Swt memegang orang tersebut dengan pertolonganNya.
“Wahai Ali, siapa yang dengan senang hati memberi makan kepada seorang muslim, Allah Swt akan mencatat sejuta kebaikan baginya, menghapus sejuta keburukan darinya, dan menaikkan seribu derajat untuknya.
“Wahai Ali, cintailah sesuatu untuk (dimiliki) saudaramu sebagaimana engkau mencintai sesuatu itu untuk dirimu.
“Wahai Ali, carilah kebaikan (orang-orang) ketika wajah-wajah (mereka) cerah, dan muliakanlah tamu. Sesungguhnya apabila tamu itu berkunjung ke suatu kaum, maka ketika itu juga rezekinya turun bersamanya. Dan ketika tamu itu pulang, ia pulang dengan membawa dosa-dosa para penghuni rumah, lalu dosa-dosa itu dilemparkan ke laut.
“Wahai Ali, Malaikat Rahmat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya terdapat gambar-gambar, atau patung-patung, atau orang yang menyakiti hati orang tuanya, dan atau rumah yang tidak pernah dimasuki tamu.
“Wahai Ali, berbuatlah kebaikan walaupun terhadap orang-orang salafah.”
“Siapakah orang-orang salafah itu, wahai Rasulullah Saw?” tanya Sayyidina Ali.
“Yaitu, orang yang apabila diberi nasihat, ia tidak menerima nasihat tersebut; apabila dicegah (dari perbuatan maksiat), ia tidak jera. Salafah ialah orang yang tidak peduli atas perkataannya sendiri dan tidak pula mengindahkan perkataan orang lain yang ditujukan kepadanya.
“Wahai Ali, sedekah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi itu sanggup meredakan murka Allah Swt, mendatangkan keberkahan, dan melimpahkan rezeki. Berpagi-pagilah (bersegeralah) dalam bersedekah, karena sesungguhnya malapetaka itu turun sebelum pagi buta, sehingga sedekah tersebut akan menolak qadha’ (yang buruk) di angkasa raya.
“Wahai Ali, jika engkau bersedekah maka bersedekahlah dengan hartamu yang paling baik. Sebab, sesungguhnya sesuap sedekah dari harta yang halal itu lebih disenangi oleh Allah Swt daripada 100 mitsqal sedekah dari barang haram. Sedekah yang engkau keluarkan sebelum mati itu lebih utama 100 mitsqal yang disedekahkan (oleh ahli waris) setelah matimu. Allah Swt berfirman, ‘...pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya....’ (QS. an-Naba’ 40).
“Wahai Ali, bersedekahlah kepada kerabat-kerabatmu yang telah mati. Sebab, sesungguhnya Allah Swt telah mewakilkan kepada para malaikat untuk membawa sedekah dari orang-orang yang hidup kepada para kerabatnya yang telah mati. Dengan kiriman sedekah tersebut, mereka sangat bergembira melebihi kegembiraan mereka sebelumnya di alam dunia. Lalu mereka berdoa, ‘Ya Allah Swt, ampunilah dosa orang yang menerangi kuburan kami. Berilah ia kabar gembira berupa surga, sebagaimana ia telah memberi kami kabar gembira dengan sedekah.’
“Wahai Ali, beramallah dengan ikhlas karena Allah Swt. Sebab, sesungguhnya Allah Swt hanya menerima orang yang murni (beramal) karena Allah Swt semata. Allah Swt berfirman tentang hal ini, ‘...Siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya.’ (QS. al-Kahfi 110).
Doa, Istighfar, al-Qur’an, dan Beberapa Dzikir Lainnya
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa berdoa di antara adzan dan iqamah, karena doa yang dipanjatkan saat itu tidak akan ditolak.
“Wahai Ali, bila engkau berdoa, bentangkan tanganmu sejajar dengan dadamu, tapi jangan mengangkatnya mengungguli kepalamu; dan (atau) berisyaratlah kepada Allah dengan jari telunjuk kananmu.
“Wahai Ali, jangan engkau mengeraskan suaramu ketika membaca al-Qur’an dan berdoa selagi ada orang-orang shalat, sebab yang demikian itu akan mengganggu shalat mereka.
“Wahai Ali, siapa berdzikir kepada Allah Swt sebelum fajar, sebelum matahari terbit, dan sebelum matahari terbenam, maka Allah Swt malu (tidak akan) menyiksa orang tersebut dengan neraka.
“Wahai Ali, apabila engkau selesai shalat (Subuh), duduklah di tempat shalatmu hingga matahari terbit. Sesungguhnya Allah Swt akan mencatatkan pahala bagi orang yang tetap duduk di tempat shalatnya seperti pahala seseorang yang melaksanakan haji dan umrah, atau memerdekakan budak, atau bersedekah 1000 dinar di jalan Allah Swt.
“Wahai Ali, siapa yang setiap hari membaca doa ‘Astaghfirullahal ‘azhima lii wa liwalidayya, wa lijami’il muslimina wal muslimat, wal mu’minina wal mu’minat, al-ahya-i minhum wal-amwat (Aku memohon ampun kepada Allah Swt yang Maha Agung untukku, untuk kedua orang tuaku, untuk orang-orang Islam laki-laki dan perempuan, serta untuk orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup ataupun sudah meninggal di antara mereka)’ sebanyak 25 kali, maka Allah Swt akan menetapkan orang tersebut sebagai bagian dari para kekasihNya.
“Wahai Ali, siapa yang setiap hari membaca ‘Laa ilaha illallahu qabla kulli ahadin, la ilaha illallahu ba’da kulli ahadin, la ilaha illallahu yabqa rabbuna wa yafna kullu ahadin (Tiada tuhan selain Allah Swt, sebelum adanya semua orang; tiada tuhan selain Allah Swt, setelah adanya semua orang; tiada tuhan selain Allah Swt. Tetap kekal Tuhan kami, dan akan binasa setiap orang.)’ sebanyak 10 kali, niscaya tak satu pun malaikat tertinggal yang berada di seluruh petala langit, kecuali seluruhnya memohonkan ampun bagi orang tersebut.
“Wahai Ali, siapa yang setiap harinya membaca ‘Allahumma barik lii fil mauti wa fiima ba’dal mauut (Ya Allah Swt, limpahkanlah keberkahan kepadaku pada saat kematian, dan limpahkan pula keberkahan kepadaku di dalam perkara-perkara setelah kematian)’, niscaya Allah Swt tidak akan menghisab segala sesuatu yang telah dikerjakannya selama hidup di dunia.
“Siapa membaca takbir sebanyak 100 kali sebelum matahari terbit dan 100 kali pula sebelum matahari terbenam, niscaya Allah Swt memberikan pahala kepadanya sebanyak pahala yang diberikan kepada 100 orang ahli ibadah dan pula sebanyak pahala yang diberikan kepada 100 orang pejuang di jalan Allah Swt. Siapa yang dalam sehari-semalam bershalawat kepadaku sebanyak 100 kali, maka wajib baginya menerima syafaatku. Dan, ketahuilah bahwa banyaknya (membaca) istighfar merupakan benteng bagi orang-orang yang bertaubat dari api neraka.”
Kejujuran dan Ikatan Pertemanan
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, jujurlah engkau. Walaupun kejujuran itu menyusahkanmu saat ini, tapi ia akan bermanfaat bagimu di masa yang akan datang. Janganlah engkau berbohong. Meskipun kebohongan itu bermanfaat bagimu saat ini, tapi ia akan menyusahkanmu di masa yang akan datang.
“Wahai Ali, siapa banyak dosanya, hilanglah kewibawaannya. Wahai Ali, hendaklah engkau senantiasa jujur dalam berbicara, menjaga pembicaraan, menjaga amanah, bermurah hati, dan menjaga perut.
“Wahai Ali, seburuk-buruknya teman ialah teman yang mengabaikan temannya dan menyebarkan rahasia temannya. Wahai Ali, seribu teman itu terasa sangat sedikit, tapi seorang musuh saja itu terasa amat banyak.
“Wahai Ali, ikatan pertemanan sejati itu memiliki beberapa tanda. Yaitu, ia lebih mementingkan hartamu ketimbang hartanya sendiri; ia lebih mengutamakan keselamatanmu ketimbang keselamatannya sendiri; dan ia lebih mendahulukan kehormatanmu daripada kehormatannya sendiri.”
Taubat
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tidak ada artinya taubat seseorang sampai ia benar-benar membersihkan perutnya dari segala yang haram dengan usaha (kasab) yang baik.
“Wahai Ali, jika seorang alim tidak bertakwa maka nasihat yang disampaikannya tidak akan membekas di hati manusia, laksana tidak berbekasnya tetesan air hujan di atas telur burung unta dan batu-batu yang licin.
“Wahai Ali, apabila berlalu 40 hari bagi seorang mukmin tanpa berkumpul dengan ulama, maka hatinya akan menjadi keras dan ia akan terperosok ke jurang dosa-dosa besar. Sebab, sesungguhnya ilmu itu menghidupkan hati.
“Wahai Ali, sesungguhnya Allah tidak segan menyiksa orang kaya yang menjadi pencuri dan orang alim yang fasik.”
Menjaga Lisan
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau mencela aib seseorang yang ada padanya. Hal ini karena tidak ada daging yang tidak bertulang (tidak ada yang mulus sempurna semua). Ghibah itu tidak ada kafaratnya, sampai pelakunya meminta keridhaan orang yang digunjing atau memohonkan ampun atas dosa orang yang digunjing.
“Wahai Ali, Allah Swt tidak menciptakan sesuatu di dalam diri manusia yang lebih utama daripada lisan. Lisan dapat memasukkan seseorang ke surga dan bisa pula menjerumuskannya ke neraka. Maka penjarakanlah lisanmu karena ia laksana anjing yang galak.
“Wahai Ali, janganlah engkau melaknat seorang muslim ataupun hewan melata, sebab kutukan tersebut akan kembali kepada dirimu sendiri.”
Rasa Malu
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, agama itu keseluruhannya tergantung pada rasa malu. Adapun rasa malu ialah kesanggupanmu menjaga kepala dan segala hal yang tercakup di dalamnya dan kesanggupanmu memelihara perut dan segala hal yang terkandung di dalamnya.”
Wara’
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tidaklah sempurna agama seseorang yang tidak memiliki rasa takut, tidaklah sempurna akal seseorang yang tidak terpelihara dari dosa, tidaklah sempurna iman seseorang yang tidak berhati-hati dalam bersikap (wara’), tidaklah sempurna ibadah seseorang yang tidak memiliki ilmu tentang ibadahnya, tidaklah sempurna perikemanusiaan seseorang yang tidak pernah bersedekah, tidaklah sempurna amanah seseorang yang tidak memiliki sesuatu yang dirahasiakannya, tidaklah sempurna taubat seseorang yang tidak mendapatkan taufiq, dan tidaklah sempurna kedermawanan seseorang yang tidak mempunyai rasa malu.
“Wahai Ali, siapa tidak berhati-hati terhadap perkara-perkara maksiat, maka berada di perut bumi sungguh lebih pantas baginya daripada tinggal di atasnya. Sebab ia sudah tidak memiliki iman di dalam hatinya.
“Wahai Ali, inti sikap wara’ ialah meninggalkan keharaman (sikap) dan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah (perilaku). Adapun dasar dari kemuliaan terletak dalam perilaku meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan.
“Wahai Ali, dengan akhlak yang baik, sesungguhnya seseorang akan mampu mencapai derajat pelaku puasa yang senantiasa beribadah pada malam harinya dan berjuang di jalan Allah Swt pada siang harinya.
“Wahai Ali, jadilah orang yang berwajah manis. Sesungguhnya Allah Swt mencintai orang-orang yang menampakkan wajah manis dan membenci orang yang menampakkan wajah cemberut lagi masam.
“Wahai Ali, pangkal ibadah ialah diam, kecuali untuk berdzikir kepada Allah Swt.
“Wahai Ali, banyak tidur itu mematikan hati dan menghilangkan kewibawaan. Banyak dosa itu mematikan hati dan menimbulkan penyesalan.
“Wahai Ali, siapa yang ketika diberi nikmat oleh Allah Swt bersyukur, ketika diuji dengan malapetaka bersabar, dan ketika berbuat kesalahan meminta ampun, maka ia akan dipersilakan masuk surga dari pintu mana saja yang dikehendakinya.
“Wahai Ali, janganlah engkau terlalu berbangga hati (yang menyebabkan lupa kepada Allah Swt), karena sesungguhnya Allah Swt tidak menyukai orang-orang yang terlalu bergirang hati. Hendaklah engkau senantiasa prihatin (terhadap nasib sesama), karena sesungguhnya Allah Swt menyukai orang-orang yang bersedih hati.
“Wahai Ali, tidaklah terjadi perputaran hari kecuali hari yang baru datang itu berkata, ‘Wahai anak Adam, aku adalah hari yang baru dan akan menjadi saksi atas segala perbuatanmu. Maka perhatikanlah apa-apa yang akan engkau perbuat.’
Tercelanya Dunia
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, takutlah kepada ulyatul maut, yaitu tidak ingatnya orang-orang kecuali kepada kemilau duniawi.”
“Siapakah mereka, wahai Nabiyullah Saw?” tanya Sayyidina Ali.
Nabi Muhammad Saw menjawab, “Yaitu, orang-orang kaya dan orang-orang yang mencintai dunia, yang kamu akan melihat mereka bersiap untuk mengumpulkan dunia laksana seorang ibu yang menjumpai anaknya. Mereka itulah orang-orang yang merugi pada hari kiamat kelak.”
Hal Ihwal Manusia di Sisi Allah Swt
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sebaik-baik manusia di sisi Allah Swt ialah manusia yang paling bermanfaat di antara mereka bagi orang lain. Seburuk-buruk manusia di sisi Allah Swt ialah orang yang panjang umurnya tetapi buruk amalnya; dan sebaik-baik manusia di antara mereka di sisi Allah Swt adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.
“Manusia yang paling dibenci oleh Allah Swt adalah orang yang makan sendiri dan enggan memberikannya (kepada orang lain), suka memukul hamba sahayanya, serta memuliakan orang kaya dan menghinakan orang miskin.
“Sedangkan yang lebih buruk daripada orang tersebut ialah orang yang semasa hidupnya menetapi perkara yang haram dan mati dalam keadaan menetapi perkara yang haram.
“Sedangkan yang lebih buruk ketimbang orang tersebut lagi ialah orang yang panjang umurnya dan buruk amalnya. Ia menginginkan ampunan Allah Swt, tetapi ia tidak sudi bertaubat kepadaNya dari segala hal yang dilarang Allah Swt.
“Sedangkan yang lebih buruk lagi ketimbang orang tersebut ialah orang yang menyatakan bersahabat dengan saudaranya yang muslim, namun ia juga berusaha mengingkari persahabatan tersebut.
“Sedangkan yang lebih buruk lagi ketimbang orang tersebut ialah orang yang berangkat di awal usianya (baligh) dalam keadaan lupa kepada Allah Swt dan di akhir usianya malas berlaku taat kepadaNya.”
Tanda-Tanda Kebaikan
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Di antara tanda-tanda sabar ialah baik hati kepada Allah Swt dan baik pula dalam berbakti kepadaNya.
“Wahai Ali, ciri-ciri orang mukmin itu ada tiga. Yaitu, ia membenci harta (akibat serakah), membenci (perilaku berkumpul dengan) para wanita (hingga melalaikan), dan membenci perbuatan menyebarkan aib-aib orang lain.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang berakal itu ada tiga. Yaitu, ia menjadikan dunia sebagai sarana menuju akhirat, rela menerima bolak-baliknya hati, dan sabar menjalani segala kesulitan. Tanda-tanda orang alim itu ada tiga. Yaitu, ia jujur dalam berbicara, menjauhi perkara yang haram, dan tawadhu’. Tanda-tanda orang yang bertakwa itu ada tiga. Yaitu, ia takut pada dusta dan perbuatan jelek, menjauhi lingkungan yang buruk, dan meninggalkan sebagian barang yang halal karena khawatir terjatuh pada perkara haram.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang jujur itu ada tiga. Yaitu, ia menyembunyikan ibadah, merahasiakan sedekah, dan tidak menampakkan deritanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang ahli ibadah itu ada tiga. Yaitu, ia sangat keras pada diri sendiri, gemar introspeksi diri, dan berlama-lama dalam beribadah di hadapan Allah Swt.
“Tanda-tanda orang saleh ada tiga. Yaitu, ia memperbaiki hubungan antara Allah Swt dengannya melalui terus beramal saleh, memperbaiki agamanya dengan perbuatan yang baik, dan menyenangi sesuatu bagi orang lain sebagaimana ia menyenangi sesuatu itu untuk diri sendiri.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang bahagia (beruntung) itu ada tiga. Yaitu, makanan yang mengenyangkannya berasal dari harta yang halal, ia suka berkumpul dengan ulama, dan melaksanakan shalat lima waktu dengan berjamaah.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang mukmin ada tiga. Yaitu, bersegera dalam melakukan ketaatan kepada Allah Swt, menjauhi segala perkara yang haram, dan berbuat baik kepada orang yang jahat kepadanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang dermawan ada tiga. Yaitu, ia memaafkan ketika mampu melawan, menunaikan zakat, dan senang bersedekah.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang santun itu ada tiga. Yaitu, ia menyambung tali silaturahmi dengan orang yang memutusnya, memberi kepada orang yang menahan diri darinya (kikir), dan memaafkan orang yang zhalim kepadanya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang sabar itu ada tiga. Yaitu, ia sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah Swt, sabar dalam menghadapi musibah, dan sabar dalam menerima kepastian (qadha’) dariNya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang bertaubat itu ada tiga. Yaitu, ia menjauhi perkara haram, sangat menginginkan untuk mencari ilmu, tidak mengulangi dosa yang pernah dilakukan sebagaimana perasan susu yang tidak dapat kembali kepada puting susu.”
Tanda-Tanda Syirik
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, tanda-tanda orang kafir ada tiga. Yaitu, ia ragu tentang Allah Swt, benci kepada hamba-hamba Allah Swt, dan lalai dari taat kepada Allah Swt.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang munafik ada tiga. Yaitu, apabila berbicara ia berdusta, apabila berjanji ia ingkar, serta apabila dipercaya ia berkhianat dan tidak berguna nasihat baginya.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang riya’ itu ada tiga. Yaitu, ia menyempurnakan ruku’ dan sujudnya ketika shalat di hadapan banyak orang; mengurangi kesempurnaan ruku’ dan sujud ketika shalat sendirian; serta bergairah berdzikir kepada Allah Swt ketika sendirian maupun di tengah-tengah orang banyak untuk memperoleh sanjungan.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang bodoh itu ada tiga. Yaitu, ia menyepelekan dalam melaksanakan fardhu-fardhu dari Allah Swt, banyak bicara selain dzikrullah, dan mengumpat (meremehkan) agama Allah Swt.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang terhina di sisi Allah Swt itu ada tiga. Yaitu, ia banyak berdusta, banyak bersumpah palsu, dan banyak menyandarkan kebutuhannya kepada orang lain.
“Wahai Ali, tanda-tanda orang yang celaka itu ada tiga. Yaitu, ia memakan makanan yang mengenyangkannya dari harta yang haram, menjauhi orang alim (ulama), dan shalat secara sendirian.
“Tanda-tanda pelaku kejahatan itu ada tiga. Yaitu, ia senang berbuat kerusakan, menyusahkan hamba-hamba Allah Swt, menjauhi petunjuk (ajaran agama).
“Tanda-tanda orang zhalim itu ada tiga. Yaitu, tidak peduli dari mana sesuatu yang ia makan, memaksa orang yang berutang kepadanya (untuk membayar), dan menggunakan kekerasan kepada orang yang berutang bilamana memungkinkannya.”
Doa-Doa
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, apabila engkau hendak masuk masjid, mulailah dengan kaki sebelah kanan dan keluarlah dengan kaki sebelah kiri.
“Wahai Ali, hendaklah engkau membiasakan diri membaca surat Yasin pada pagi dan sore hari. Sesungguhnya orang yang membaca surat Yasin dengan cara tersebut, maka ia berada dalam perlindungan Allah Swt.
“Wahai Ali, siapa yang setiap malam membaca surat al-Hasyr, maka ia terpelihara dari keburukan dunia dan akhirat.
“Wahai Ali, siapa yang setiap malam Jum’at membaca surat al-Baqarah, maka tampaklah baginya cahaya yang ada di antara petala langit ketujuh dan petala bumi ketujuh. Siapa yang pada malam Jum’at membaca surat ad-Dukhan dan al-Mulk, maka Allah Swt mengampuni dosa-dosanya, dan dipelihara dari fitnah kubur. Siapa membaca ayat terakhir dari surat al-Kahfi ketika hendak tidur dalam keadaan miring, maka Allah Swt akan menjadikan untuknya cahaya mulai dari kepala hingga mata kakinya. Siapa membaca surat ath-Thariq ketika hendak tidur di tempat tidurnya, maka dituliskan untuknya kebaikan sebanyak jumlah bintang-gemintang di langit.
“Wahai Ali, siapa membaca surat al-Mulk dan sesudah itu ia berdoa ‘Allaahumma a’shimnii bil islaami qaa-iman wa’shimnii bil islaami qaa-idan wa raaqidan, wala tusymit fiyya ‘aduwwan walaa haasidan. Allaahumma innii a’uudzubika min syarri kulli daabatin anta aakhidzun binaashiyatiha, wa as-alukal khaira al-ladzii biyadik (Ya Allah Swt, dengan sebab Islam, jagalah aku ketika dalam keadaan berdiri; dan dengan sebab Islam, jagalah aku ketika dalam keadaan duduk dan tidur. Janganlah Engkau menjadikan musuh dan orang yang hasud itu gembira melihat kemalanganku. Ya Allah Swt, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari keburukan segenap binatang melata yang Engkau pegang ubun-ubunnya. Aku memohon kepadaMu kebaikan yang ada pada kekuasaanMu.)’, maka Allah Swt akan memelihara orang tersebut dari jin, manusia, dan binatang melata yang menyusahkannya.
“Wahai Ali, jika engkau menginginkan hajatmu dipenuhi, maka bacalah Ayat Kursi dan berdoalah kepada Allah Swt ketika engkau mengalami berbagai kesedihan maupun kesusahan. Bacalah doa ini, ‘Yaa hayyu yaa qayyuum laa ilaaha ilaa anta birahmatika astaghiitsu, faghfir lii wa ashlih lii sya’nii wa farrij hammii (Wahai Dzat yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhlukNya, tiada tuhan selain Engkau. Dengan rahmatMu, aku memohon pertolongan. Maka ampunilah aku, perbaikilah keadaanku, dan berikanlah jalan keluar atas kesusahanku.)’, niscaya Allah Swt akan menghilangkan berbagai kesusahanmu, menyingkirkan berbagai kesedihanmu, dan memenuhi segala kebutuhanmu.
“Wahai Ali, apabila engkau ditimpa kesusahan ataupun perkara yang penting, maka bacalah doa ini, ‘Subhaanaka rabbii laa ilaaha illaa anta, ‘alaika tawakkaltu anta rabbul ‘arsyil ‘azhiim (Maha Suci Engkau, Tuhanku. Tiada tuhan selain Engkau. KepadaMu aku berserah diri. Engkau adalah Tuhan pemelihara ‘Arsy yang agung).
“Wahai Ali, perbanyaklah membaca doa yang diajarkan Jibril kepadaku, yaitu doa untuk kekalnya kebaikan di dalam agama, dunia, dan akhirat.
“Wahai Ali, apabila engkau melihat hilal, maka ucapkanlah kalimat tahlil 3 kali, takbir 3 kali, lalu bacalah doa ini, ‘Allaahu akbar wa a’azzu wa aqdaru mimma akhaafu wa akhdzaru (Allah Maha Besar, Maha Perkasa, serta Maha Kuasa atas segala sesuatu yang aku takuti dan khawatirkan).
“Wahai Ali, jika berjumpa dengan orang yang engkau takuti, bacalah doa ini, ‘Allaahumma innii adra-u bika fii nahrihii, wastakfiika ghadhabahuu, wa a’uudzubika min syarrihii (Ya Allah Swt, dengan pertolonganMu, sesungguhnya aku menolak leher (kejahatan) orang tersebut, memohon kecukupan kepadaMu dari kemarahannya, dan memohon perlindungan kepadaMu dari keburukannya).
Tentang Berbagai Hal
Nabi Muhammad Saw bersabda, “Wahai Ali, mulailah dengan menguluk salam kepada orang-orang Islam yang engkau jumpai. Maka Allah Swt mencatatkan untukmu 20 kebaikan. Dan jawablah salam, maka Allah Swt akan menuliskan 40 kebaikan bagi orang yang menjawab salam.
“Wahai Ali, jauhkan dirimu dari sifat marah, karena sesungguhnya marah itu berasal dari setan. Dan ketika engkau sedang marah, setan sangat leluasa kemampuannya menguasaimu.
“Takutlah engkau terhadap tajamnya doa orang yang dizhalimi, karena sungguh Allah Swt mengabulkan doa yang dipanjatkannya, walaupun ia tergolong orang kafir—karena dosa kekufurannya ditanggung sendiri.
“Wahai Ali, jauhkan dirimu dari sumpah palsu. Karena sesungguhnya sumpah palsu itu membinasakan harta benda perdagangan serta melenyapkan rezeki dan umur.
“Wahai Ali, siapa melaksanakan amar makruf nahi munkar, maka Allah Swt akan menundukkan musuhnya. Siapa berlaku jujur dalam semua urusannya maka Allah Swt membenci orang yang membencinya.
“Ketika anak yatim menangis, ‘Arsy berguncang. Lalu Allah Swt berfirman, ‘Wahai Jibril, luaskanlah neraka bagi orang yang membuat tangis anak yatim itu. Dan luaskanlah surga bagi orang yang menyenangkan hati anak yatim tersebut.’
“Wahai Ali, agama adalah nasihat untuk (memenuhi hak) Allah Swt, untuk rasulNya Saw, dan untuk orang-orang mukmin.
“Wahai Ali, ada tujuh golongan dari umatku yang masuk surga. Yaitu, pemuda yang senang bertaubat, orang yang bersedekah secara diam-diam, pengamal shalat Dhuha, orang yang kehilangan hartanya lebih lapang baginya daripada kehilangan sekali saja shalat berjamaah, orang yang menangis karena Allah Swt, dan orang yang gemar menghampiri para ulama di dalam majelis-majelis mereka.
“Wahai Ali, siapa menunjukkan jalan kepada orang buta dengan tangan kirinya, maka pada hari kiamat kelak tangan kanannya akan datang dalam keadaan memegang tanganmu.
“Wahai Ali, apabila seorang manusia sedang sekarat, maka seluruh persendiannya mengucapkan salam kepada sebagian sendi yang lain, ‘Semoga keselamatan atasmu, karena sesungguhnya aku sekarang akan mati.’ Demikian juga uban mengucapkan salam kepada rambut yang masih hitam.
“Wahai Ali, jagalah wasiatku ini sebagaimana aku telah menjaganya dari Jibril yang membawanya dari Allah yang Maha Suci nama-namaNya, dan tiada Tuhan selainNya.”
Terjemahan Kitab Washiyyatul Mushthafa
Penerjemah: Edi AH Iyubenu
0 Response to "WASIAT NABI MUHAMMAD SAW KEPADA SAYYIDINA ALI BIN ABI THALIB"
Post a Comment